(Don't) Judge A Book by It's Cover

Sunday, February 08, 2009


Masih ingat dengan kata-kata bijak di atas, yang lebih kurang mempunyai makna “Janganlah menilai seseorang dari penampilannya”. Sebuah kata bijak yang maknanya sampai dengan saat ini masih saya ragukan.

Salah satu media yang bisa menunjukkan penampilan seseorang adalah melalui pakaian yang dikenakannya. Pakaian (baik kita sadar atau tidak) telah menjadi salah satu simbol status si pemakai. Tidak hanya pada zaman dahulu tapi juga pada zaman yang serba canggih ini. Sebagai contoh: pakaian yang dikenakan oleh seorang majikan dengan pakaian supirnya tentunya akan berbeda. Begitu juga dengan dunia kerja, pernahkah anda melihat seorang dosen memberikan kuliah di dalam kelas dengan mengenakan kaos, celana pendek, dan sendal jepit? Saya yakin jawabannya adalah tidak. Bahkan yang lebih jelas lagi untuk dijadikan contoh adalah Pegawai Negeri Sipil di sebuah instansi pemerintah (katakanlah Kejaksaan), dimana mereka harus memakai seragam dan pada seragam tersebut akan ada beberapa atribut yang menunjukkan status mereka di instansi tersebut.

Hal yang menarik adalah bagaimana sebuah simbolisasi melalui media pakaian tersebut telah membudaya di kehidupan manusia Indonesia. Secara general seorang pelajar (baik itu SD, SMP, SMU) diwajibkan untuk memakai seragam dengan sebuah atribut yang menunjukkan asal sekolah individu tersebut. Jelas ada satu proses yang salah di dalam hal tersebut. Seorang pelajar, sesuai dengan asal katanya “belajar” mempunyai tugas utama yaitu belajar. Dan menurut pendapat saya, seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan (belajar) selama orang tersebut benar-benar mempunyai niat untuk mendapatkannya, dan tidak ada korelasi sama sekali dengan peraturan memakai seragam.

Pada dasarnya seorang manusia memakai pakaian dengan tujuan sebagai pelindung diri dari cuaca panas dan dingin. Yang mana kemudian fungsi dari pakaian ini disesuaikan dengan ajaran adat dan keagamaan. Menurut beberapa kebudayaan di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa fungsi salah satu pakaian adalah untuk menunjukkan status si pemakainya.

Menurut saya sah-sah saja jika pakaian digunakan secara simbolik untuk menunjukkan status seseorang selama hal tersebut masih berada dalam koridor kebudayaan. Hal yang tidak bisa saya terima adalah penggunaan pakaian secara simbolik dalam kehidupan sehari-hari yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebudayaan.

Di zaman yang (katanya) serba modern ini, status seorang manusia tidak dapat dinilai dari pakaian yang dikenakannya. Berhentilah memberikan penilaian terhadap seseorang hanya dari penampilannya. Tidak selamanya manusia yang berpakaian atau berpenampilan serba “wah” mempunyai kemampuan dan/atau potensi yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang berpakaian biasa.

2 comments:

Anonymous said...

asli gw setuju banget sama line terakhir lu yg warna merah !!!

gw sering ketemu orang2 yg gaya n stylenya selangit tapi asli dodol bgt.. hare gene ga imbang antara penampilan sama kualitas diri mah mati aja lu... kayak gw dong..kalo emang tulul make baju jgn yg ngejreng2...ehheheh...

tapi yg gw sayangkan adalah bahwa konsepsi "first impression sangat penting" memang benar tetapi kita ngga mencoba untuk lebih jauh melihat kedalam...huhuhu...

Gori said...

wuuiihh..baru baca niih gan..
gw setuju bgt sama pendapat lo terutama yg line terakhir yg lo highlight merah..tp emang ga bisa dipungkiri klo jaman sekarang penilaian paling pertama yg dilakukan org2 terhadap org lain adalah dari penampilan meraka..

makanya skrg tuh yg istimewa ialah org2 yang berpenampilan biasa tp berkeahlian luar bisa.. apalagi klo mereka bisa menunjukkan bahwa dengan keterbatasan yg mereka miliki mereka masih bisa brprestasi lebih baik daripada mereka2 yang yg bisa dibilang berkecukupan..